Pages

kisah penjual benih ikan lele

Seorang petani lele di daerah Parung, Bogor merintis usahanya penuh liku. Lele ia bidik sebagai usahanya lantaran ia melihat begitu besar daya serap pasar. Selain itu, pria ini juga melihat ada begitu besar potensi pengembangan budidaya lele di daerahnya. Sebelum memulai usahanya, ia selalu mengamati daya serap pasar sebelum memutuskan untuk membudidayakan lele. Tidak jarang ia berkunjung ke pasar hanya sekedar untuk menanyakan harga pembelian lele sambil memetakan pemasok lele yang sudah ada. Pikirnya, pembeli pasti akan lari kepadanya jika melihat kita memiliki kapasitas produksi lebih besar dandengan harga yang lebih murah dari pemasok yang lain. Kapasitas produksi besar mencerminkan eksistensi petani lele yang bersangkutan. Calon pelanggan butuh kepastian dari seorang suplier.

Setelah semua data ia peroleh, ia pun mulai berhitung dan merancang sebuah perencanaan usaha lele. Memperhitungkan biaya produksi, melakukan pendataan kapasitas produksi, menyesuaikan dengan modal yang tersedia, menentukan harga bersaing (lebih murah dari harga yang sudah ada di pasar dan memilih model usaha. Hasil perhitunganpun mengarahkan ia agar melakukan bisnis lele sebagai pembesar bibit. Dengan model seperti itu ia memiliki beberapa keuntungan. Ia bisa menyiasati keterbatasan lahan, lebih menghemat biaya produksi, risiko terkena penyakit lebih sedikit dan perputaran modal lebih cepat. Sehingga untung bisa lebih cepat diperoleh.

Salah satu syarat utama sebagai pembesar yaitu harus sudah memiliki jaringan dan dalam hal ini ia telah memiliki beberapa petani pemasok bibit lele. Petani seperti itu bisanya tidak mau sembarang menjual lele kepada sembarang orang yang belum dikenal reputasinya. Butuh waktu cukup lama untuk membangun relasi saling percaya seperti itu. Karena itu ia membeli lele dari pemasok dengan sistim borongan artinya, semua ikan yang berada di dalam kolam di beli semua tanpa disortir. Setelah dibeli, ia baru menyortir ikan lele tersebut. Ia menjual lele berukuran siap konsumsi. Sementara itu ikan yang masih terlalu kecil maka di pelihara lebih dulu untuk dibesarkan. Untuk mencapai ukuran siap konsumsi biasanya membutuhkan waktu pembesaran sekitar 18 – 21 hari.

Untuk menjual lele hasil pembesaran langsung ke tangan distributor akhir, disarankan agar memperhitungkan biaya transportasi. Menjadi lebih menguntungkan bila seorang pembesar ikan memiliki alat transportasi sendiri atau lokasi usahanya dekat dengan target pasar. Hal ini bise lebih menghemat biaya transportasi. 

mau tau info menarik lainnya? Gratis! Klik "ikuti" di bawah ini.